Jumat, 04 Juli 2014

Laporan


LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT
“TABLET”

 

OLEH :
KELOMPOK VII
Abigael sonda Belo
Eva Krisyani
Jayanti Umar
Khatimatul Khairiah
Nafrizal zakariah
Riska Puji A. Daud
Sitti Herlina
Waode siti Nurhayanti




Transfer A
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar
2014










BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi, dikenal teknologi sediaan padat yang mempelajari bagaimana memformulasi suatu sediaan dalam bentuk padat. Formulasi ini bertujuan untuk belajar dalam membuat suatu obat dengan formula yang dibuat sendiri yang didasarkan atas pemahaman dari setiap bahan obat dan dapat memberi efek farmakologi agar dapat menjadi seorang formulator.
Sebagai seorang farmasis, keahlian dalam formulasi sangat penting. Dalam memformulasi suatu sediaan, dibutuhkan ketelitian dalam menelaah sifat dari berbagai bahan, bagaimana interaksi antara semua bahan,dan bagaimana dalam teknik mencampurkan bahan.
Formula yang dibuat berupa sediaan dalam bentuk tablet dimana pembuatannya melalui proses granulasi basah dan kempa langsung. Tablet yang dibuat adalah tablet ketoprofen sustained release dengan tujuan sebagai obat anti peradangan non steroid dan tablet natrium diklofenak salut enterik dengan tujuan sebagai obat anti inflamasi.





I.2  Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1  Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara memformulasi suatu sediaan padat dalam bentuk tablet melalui proses granulasi basah dan metode kempa langsung.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Membuat tablet ketoprofen sustained release melalui metode granulasi basah dan tablet natrium diklofenak melalui metode kempa langsung.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi Tablet
a.       Menurut Scoville’s : 31
Tablet adalah bentuk sediaan padat dari satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa pengisi
b.      Menurut Parrot : 73
Tablet adalah bentuk sediaan yang disiapkan dengan pemampatan bahan berbentuk granul di bawah 100 kg dari kekuatan per cm2 menjadi luntur atau berbagai bentuk dengan pertolongan punch and dies
c.       Menurut RPS : 1633
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa pengisi yang disiapkan baik dengan pengempaan atau metode pencetakan
d.      Menurut USP 25
Tablet adalah bentuk sediaan padat dari satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa pengisi
Kesimpulan :     Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa pengisi dengan zat yang berbeda-beda yang dikempa yang mempunyai ukuran, bentuk, dan bobot yang berbeda-beda.

II. 2 Macam – macam tablet
a.       Menurut Ansel : 246
·         Tablet kompresi
Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain (a) pengencer atau pengisi yang ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi supaya membantuk ukuran tablet yang diinginkan; (b) pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya; (c) penghancur atau bahan yang dapat membantu penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorpsi; (d) antirekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat; (e) bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.
·         Tablet kompresi ganda
Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu keli tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet di dalam tablet, lapisan dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit. Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat ke dalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan ke dalam cetakan yang sama dan ditekan lagi, untuk membuat dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis.

·         Tablet salut gula
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna atau mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pamakaiannya akibat atau bau bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula ini memberikan penampilan yang manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya membutuhkan waktu dan keahlian serta menambah berat dan ukuran tablet.
·         Tablet diwarnai coklat
Lapisan coklat merupakan hal yang penting dalam sejarah karena diwaktu itu hanya coklat yang dipakai untuk menyalut dan mewarnai tablet. Sekarang ini ciklat telah digantikan oleh bahan-bahan pewarna lain seperti oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan coklat.
·         Tablet salut selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihan dari penalutan dengan gula adalah lebuh tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung-usus.

·         Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus. Dengan demikian membiarkan supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus. Tekhnik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung, mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung menambah absorpsi obat di usus halus sampai jumlah yang berarti.
·         Tablet sublingual atau bukal
Yaitu tablet yang disisipkan di pipi atau di bawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang diabsorpsi melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya dipehatikan; nitrogliserin dan banyak senyawa hormone steroid. Tablet dirancang untuk pemberian disispkan di pipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hansur dan melarut perlahan-lahan, sedang yang digunakan melalui dibawah lidah (seperti tablet nitroglserin) akan melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.


·         Tablet kunyah
Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari mannitol yang berasa dan berwarna khusus. Tablet-tablet ini khususnya diperlukan dalam formula tablet untuk anak-anak dan biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet multivitamin. Penggunaan lain dari tablet-tablet ini untuk pemberian antasida dan antibiotika. Tablet-tablet ini dibuat secara kompresi (tekanan). 
·         Tablet effervescent
Yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik yang dibuat alkalis sering dibuat berbuih untuk mendorong lebih cepat hancur dan melarutnya tablet ketika ditambahkan kedalam air atau minuman yang berair.
·         Tablet triturat
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan (MTT) atau dibuat dengan kompresi (CTT), dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras. Kebanyakan tablet ini dalam industri dibuat secara kompresi tetapi dalam skala kecil dapat juga dibuat dengan cara mencetak, karena cara mencetak ini lebih mudah dan dianggap lebih murah daripada tablet yang dibuat dengan kompresi. Tablet triturat harus dapat cepat dan mudah larut seluruhnya dalam air. Sehingga bila tablet ini dibuat dengan cara kompresi, maka tekanan/kompresi yang diperlukan kecil. Kombinasi dari sukrosa dan laktosa biasanya dipakai sebagai bahan pengencer dan dalam formulanya selalu dihindari adanya bahan yang tidak larut dalam air. Beberapa tablet triturat biasanya digunakan untuk pemberian obat secara oral dan beberapa untuk penggunaan dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin).       
·         Tablet hipodermik
Yaitu tablet untuk dimasukkan dibawah kulit, merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara mendadak. Dokter malarutkan sejumlah tablet yang diperlukan dalam pelarut yang sesuai, dijaga sediaan ini dalam keadaan steril semampu dia lakukan dan membentuk larutan injeksi. Kesukarannya adalah mengusahakan sterilitas dan tersedianya obat dalam jumlah besar, dalam bentuk yang dapat disuntikkan, adanya beberapa obat dalam disposable syringe telah mengurangi kebutuhan akan tablet hipodermik.         
·         Tablet pembagi
Yaitu tablet untuk membuat resep tepat bila disebut tablet campuran, karena para ahli farmasi memakai tablet ini untuk pencampuran dan tidak pernah diberikan kepada pasien sebagai tablet itu sendiri. Tablet ini relatif mengandung sejumlah besar bahan obat keras yang berpotensi dalam menyiapkan bentuk sediaan padat atau cair lainnya. Pengencer atau dasar dari tablet biasanya larut dalam air untuk memungkinkan membuat larutan berair yang jernih. Tablet-tablet ini dibuat dengan cara mencetak atau kompresi. Bahan penghancur, pelincir yang tidak larut dalam air, zat warna, zat penambah rasa, dan penyalut tidak diperlukan dalam pembuatan tablet ini.
b.      Menurut Solida: 45
·         Tablet kunyah
·         Tablet effervescent
·         Tablet larut
·         Tablet bukal atau sublingual
·         Tablet lozenges
·         Tablet implantasi
·         Tablet hipodermik
·         Tablet ophthalmic
·         Tablet vaginal
c.       Menurut Parrot: 74
·         Bucal tablet dan sublingual
·         Pellet or implants
·         Tablet trifurates
d.      Menurut Scoville: 90
·         Compressed tablet
·         Bucal tablet
·         Sublingual tablet
·         Dispensing tablet
·         Coated tablet
·         Enteric – coated tablet
·         Molded tablet
·         Tablet trituvates
·         Hipodermik tablet
·          Pellets
      Kesimpulan jenis-jenis tablet:
·         Tablet kompresi
·         Tablet kompresi ganda
·         Tablet salut gula
·         Tablet diwarnai coklat
·         Tablet salut selaput
·         Tablet salut enterik
·         Tablet sublingual atau bukal
·         Tablet kunyah 
·         Tablet effervescent
·         Tablet triturat       
·         Tablet hipodermik      
·         Tablet pembagi



II. 3 Komposisi tablet
a.       Scoville’s:94
-       Bahan obat atau zat aktif
-       Basis tablet atau pengisi
-       Zat pengikat
-       Zat warna
-       Zat penghancur
-       Zat pelicIn
b.      RPS:1635 – 1636
-       Zat aktif
-       Zat tambahan
1)      Pengisi : NaCl, Kanji, Sorbitol, Sukrosa
2)      Pengikat : Kanji, Glukosa, Pirodin, Propilenglikol, Metil selulosa
3)      Pelumas : Mg. stearat
4)      Pelicin : Koloid silicon
5)      Penghancur : Kanji, Metil selulosa
6)      Pewarna : As. Fuchsin P, dll
7)      Penambahan rasa
c.       Charles:139
-       Zat aktif
-       Zat non aktif
1)      Pengisi
2)      Pengikat
3)      Desintegran
4)      Lubrikan
5)      Anti adheren
6)      Absorban
7)      Zat penyedap dan pemanis
8)      Zat pewarna
Kesimpulan :
-       Zat aktif (zat berkhasiat)
-       Zat tambahan (eksipient)
-       Pengisi
-       Pengikat
-       Desintegran (penghancur)
-       Lubrikan :
a.       Sejati : berperan dalam proses efeeting tablet
b.      Glidan : berperan dalam aliran granul dalam hopper
c.       Anti adheren : berperan dalam proses pengempaan
-       Pewarna
-       Penambah rasa : rasa buih, pemanis





II. 4 Metode Pembuatan Tablet
a.       Menurut Manajemen Farmasi Industri : 136
Secara umum, tablet dapat dibuat dengan 3 cara atau metode, yaitu:
1)      Metode granulasi basah (wet granulation)
Adapun proses dari metode granulasi basah
·         Pengayakan dan pencampuran serbuk
·         Penambahan larutan bahan pengikat ke campuran serbuk untuk membentuk massa dengan ukuran yang cukup bash (plastis)
·         Pengayakan dengan ukuran granul yang sesuai
·         Pengeringan
·         Pengayakan kering
·         Penambahan bahan pelican, bahan penghancur atau bahan tambahan
·         Pengempaan
2)      Metode granulasi kering (dry granulation)
Metode granulasi kering merupakan salah satu metode pembuatan tablet yang efektif terutama pada dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban atau keduanya. Metode ini banyak digunakan untuk membuat tablet aspirin atau vitamin.
Setelah serbuk dicampur, campuran serbuk ditekan ke dalam die yang besar dan dikempakan dengan punch berpermukaan datar. Massa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut slugging. Slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk granul yang daya mengalirnya lebih seragam dibandingkan serbuk awal. Bila slug yang diperoleh belum memuaskan, proses ini bisa diulang kembali.
3)      Metode kempa langsung
Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin cetak yang disebut dengan pencetak. Mesin pencetak atau pengempa tablet dirancang dengan komponen-komponen dasar sebagai berikut :
-       Hopper, untuk menyimpan dan memasukkan granulat yang akan dikempa
-       Die, yang menentukan ukuran dan bentuk tablet
-       Punch, untuk mengempa granulat yang terdapat di dalam die
b.      Menurut PDF : 137
·         Metode granulasi basah
-       Menggiling obat dan bahan  tambahan
-       Mencampur serbuk yang telah digiling
-       Menyiapkan larutan pengikat
-       Mencampur larutan pengikat dengan serbuk untuk membentuk massa basah
-       Mengayak kasar massa basah dengan ayakan no. 6-12
-       Pengeringan granul yang masih basah
-       Mengayak granul kering dengan pelincir dan penghancur
-       Mencampur granul kering dengan pelincir dan penghancur
·         Metode granulasi kering
-       Menggiling obat dan bahan tambahan
-       Mencampur serbuk yang telah digiling
-       Mengempa dengan bentuk yang besar ke tablet yang keras yang disebut slugg
-       Mengayak slugg
-       Mencampur dengan bahan pelincir dan penghancur
c.       RPS 18th: 1645
-       Metode fluid bed
Metode baru granulasi adalah granulasi yang memiliki pengertian yang baik dan cepat. Konsepnya adalah penyemprotan larutan granulasi pada partikel terdispersi.
-       Metode granulasi kering
Dikenal dengan cara slugging atau perkomposisi ataupun cara kompresi ganda. Cara ini dilakukan untuk obat yang tidak tahan terhadap pemanasan dan adanya air. Jadi digunakan ketika bahan yang sangat sensitive cenderung lembab atau tidak dapat bertahan pada suhu tinggi sebelum pengeringan.



-       Metode granulasi basah
Metode paling awal dan luas digunakan pada pembuatan tablet dimana granulasi basah akan memenuhi syarat fisik untuk penyemprotan tablet yang baik.
-       Metode kempa langsung
Metode ini terdiri dari mengempa tablet langsung dari bahan tersebut.
d.      Scoville’s: 97
Metode ini digunakan untuk penyiapan granul
-       Proses basah
Bahan obat, pengisi sebaiknya dicampur saksama sebagai serbuk dalam skala besar dengan mesin pencampuran biasanya dilakukan dengan melewatkan pada pengayak no.40 untuk menjadi keseragaman dan memisahkan bahan-bahan asing yang ada.
-       Proses kering (pre kompresi atau slug)
Beberapa bahan tidak bisa dilembabkan atau dibasahi air membuat pengembang mengganti cairan dengan proses kering yang disebut juga prekomposisi. Semua bahan termasuk juga diperlukan pengikat dalam bentuk serbuk.
e.       Lachman.1986
-       Metode granulasi basah
1.Penyiapan bahan obat dan zat tambahan
2.Pencampuran larutan pengikat pada pencampuran serbuk massa lembab/basah
3.Pengayakan granul kasar dan massa basah serta penghancur
4.Pengayakan granul kering dengan lubrikan dan penghancur
5.Pencampuran granul yang diayak dengan pelican dan penghancur
Kesimpulan :
-       Metode fluid bed
Merupakan gabungan granulasi basah dengan dipercepat dengan sebuah mesin khusus diisi oleh zat aktif dan beberapa eksipient lalu disemprotkan larutan bahan pengikat serta lubrikan yang apabila terbentuk massa yang kompak maka langsung terjadi proses pengeringan, lalu dikempa melalui mesin kempa yang langsung berhubungan dengan mesinnya.
-       Granulasi basah
·   Zat aktif dan eksipient masing-masing dihaluskan terlebih dahulu
·   Pencampuran zat aktif, pengisi, sebagian zat penghancur
·   Penyiapan cairan granulasi basah, larutan mucilage
·   Dicampur larutan pengikat dengan serbuk campuran membentuk massa
·   Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan serbuk campuran membentuk massa; dengan pengayakan 6-12 mesh
·   Granul dikeringkan di atas penampan dalam oven pada suhu 50-60oC
·   Dicampur dengan desintegran, glidan, dan lubrikan
·   Massa dikempa menjadi tablet

-       Granulasi kering
Dikenal dengan cara slugging/prekomposisi ataupun cara kompresi ganda, cara ini dilakukan untuk obat yang tidak tahan terhadap pemanasan dan adanya air jadi digunakan ketika bahan yang sangat sensitive cenderung lembab atau tidak dapat bertahan pada suhu tinggi selama pengeringan semua bahan dijadikan serbuk, pengikat juga dalam bentuk serbuk
-       Metode kempa langsung
Metode ini terdiri dari pengempa tablet langsung dari bahan tersebut dengan beberapa persyaratan
·   Pengikat dan pengisi memiliki kompatibilitas yang tinggi
·   Aliran yang baik
·   Pencampuran yang baik
·   Bersifat inert
·   Ketercampuran
·   Stabilitas dan distribusi partikel
II. 5 Kerusakan tablet
a.       Lachman:311-314
·   Capping adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan bagian terpisah dari bagian atas atau bawah mahkota tablet dari bagian utama tablet tersebut


·   Picking atau sticking
-       Picking mendeskripsikan tentang pergerakan bahan dari permukaan tablet. Hal ini ditunjukkan pada monogram dan alat lainnya.
-       Sticking dideskripsikan karena gaya adhesi pada saat penggranulasian dan melekat pada dinding die.
·   Motling merupakan distribusi yang tidak merata dari warna tablet dengan terang atau gelap daerah pada permukaan tablet. Salah satu penyebab motling adalah obat yang hasil produksinya dapat mengganggu yang lain.
·   Variasi obat
·   Ukuran granul dan distribusi bentuk sebelum pengempaan mempengaruhi bagaimana ruang kosong antara partikel terisi, oleh karena itu walaupun volumenya ada vidamdie sama pentingnya bagian berbeda dari partikel kecil dan berubah.
·   Aliran yang baik, proses pengisian yang didasarkan pada kontinuitas dan keseragaman aliran granulasi dari capon melalui bingkai freed ketika granulasi tidak mengalir dengan baik itu cembung untuk dapat bergerak secara spinasinotik melalui bingkai freed.
·   Variasi punch, ketika punch yang lebih rendah kepada panjang yang setara perbedaannya mungkin hanya beberapa ribu dari pengisian dalam setiap die bervariasi karena pengamanannya volumetric.
·   Variasi kekerasan adalah suatu masalah yang menyebabkan adalah sama dengan variasi berat kekerasan bergantung pada berat bahan yang ruang antara punch atas dan bawah pada saat pengempaan. Jika volume dari bahan adalah jarak antara punch bervariasi kekerasan sama halnya
·   Impression ganda, melibatkan hanya punch atau yang memiliki microgram.
b.      Scoville’s:103
·   Crimbing : disebabkan karena kekurangan tekanan atau kurangnya daya rekat. Granul mungkin terlalu kering atau mungkin kurang dalam kualitas bahan perekat
·   Chiping atau capping adalah memisahnya lapisan tipis dari permukaan tablet. Ini biasanya karena bubuk halus kekurangan tempat keluarnya udara atau banyaknya dan mungkin lebih menjadi tebal dan tipisnya tablet
·   Picking pada die dilakukan karena terlalu lengket ke dalam bahan sering disebabkan oleh kelembaban dalam granul, terutama bahan higroskopik
·   Perubahan warna ini mungkin disebabkan karena kurang sempurna mencampur bahan berminyak atau bahan pemanis ini terlihat noda pada permukaan tablet yang tidak rata dan tidak seimbang.
Kesimpulan :
-       Kerusakan akibat puch dan die
·         Binding
·         Sticking
·         Picking
·         Filming
·         Tablet lunak/rapuh
·         Laminating
·         Chipping
·         Capping
·         Variasi bobot talet
·         Cracking
-       Kerusakan pada formulasi
·         Motling
·         Ukuran dan distribusi ukuran granul sebelum pengempaan
·         Aliran yang buruk
·         Pencampuran yang buruk
·         Variasi kekerasan
II. 6 Evaluasi granul
a.       Lachman : 107
1.      Uji kadar air
Pengeringan meliputi operasi pemindahan panas maupun massa panas harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untuk memasak panas yang diperlukan untuk penguapan dan lembab.
2.      Pengeringan zat padat
a.       Susut pada saat pengeringan
Kelembaban di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering

b.      Kandungan lembab
b.      Parrot : 171
Uji porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume total masing-masing rongga dengan volume baik untuk volume sebelum dimampatkan
Kesimpulan :
1.      Uji kadar air
-       Susut pengeringan (LOD = Loss on Drying)
% LOD =  x 100%
Nilai % LOD yang baik adalah 0% - 100%
-       Kandungan kelembaban (MC = moisture consentration)
% MC =  x 100%
Nilai % MC yang baik adalah 0% - ∞
2.      Uji kecepatan aliran dengan kompresibilitas
I = 1 -  x 100%
Ket. :
I = indeks kompresibilitas
V = volume sesudah
Vo = volume sebelum
Syarat nilai I < 15% = memberikan sifat alir yang baik
                         I > 25% = menunjukkan aliran yang buruk

3.      Uji porositas
Porositas =  x 100 %
Atau,
Porositas = 1 –  x 100%
Porositas yang baik antara range 2 – 10 %
4.      Pengujian daya alir
a.       Uji sudut diam (Angel of repease)
Angel of repease (θ) = cos
Tan α =
Dimana : h = tinggi dari kerucut serbuk
 r = jari – jari permukaan kerucut
b.      Uji Bj Sebenarnya (sejati)
Bj paraffin =
c.       Uji Bj Nyata
Bj nyata =






II. 7 Evaluasi tablet
a.       Prescription : 137
1.      Keakuratan bobot
Tes urinasi bobot, USP memberikan batas untuk variasi dari berat rata-rata tablet
2.      Kekerasan
Tablet yang sumbing atau patah adalah tidak cocok untuk menghancur
3.      Penghancuran
Faktor yang mempengaruhi penhancuran tablet adalah sifat fisika dan kimia dari granulasi
b.      Solida : 58
1.      Bobot tablet rata-rata
2.      Kekerasan tablet
3.      Keausan tablet
4.      Penghancur tablet
5.      Kecepatan disolusi zat berkhasiat
c.       Lachman : 648
1.      Penampilan umum
2.      Ukuran dan bentuk
3.      Pengamatan tanda – tanda
4.      Sifat organoleptik
5.      Kekerasan dan kekenyalan
6.      Kandungan obat dan pelepasannya
7.      Variasi berat
8.      Desintegrasi
9.      Disolusi
Kesimpulan :
1.      Bobot rata-rata tablet
Sejumlah 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang sat per satu, hitung bobot rata-ratanya maka menurut Farmakope Indonesia edisi II 1972 menyatakan bahwa tidak lebih dari dua tablet mempunyai penyimpangan yang lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom B, yang tertera pada daftar berikut:
Bobot rata-rata tablet (mg)
Penyimpangan terhadap
bobot rata-rata

A (persen)

B (persen)

≤ 25
26-150
151-300
Lebih dari 300
15
10
7,5
5
30
20
15
10


Dari data penimbangan kedua puluh tabler tersebut dapat dihitung   besarnya deviasi standar dengan cara sebagai berikut :
Deviasi standar = [(Σ Δ2) / 19 ]½
2.    Kekerasan tablet
Pengukuran dilakukan terhadap 5 buah tablet memakai alat-alat seperti Strong Cobb maupun Stokoe dan lain-lainnya. Alat pengukuran kekerasan tablet Strong Cobb mudah dikategorikan sebagai peralatan yang otomatis sedangkan Stoke masih merupakan kategori alat yang manual.
Cara melakukan penentuan kekerasan tablet dengan alat Strong Cobb adalah sebagai berikut:
·      Letakkan sebuah tablet diantara ‘anvil’ dengan punch, tablet tersebut dijepit dengan cara memutar skrup pengatur.
·      Tekan ‘knot’ sampai tablet menjadi retak atau pecah.
·      Pada saat tersebut angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala dicatat, maka kekerasan tablet adalah bilangan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala tersebut.
Cara melakukan penentuan kekerasan tablet dengan alat Stokes adalah sebagai berikut:
·      Letakkan sebuah tablet diantara ‘anvil’ dengan plat datar yang diam, tablet tersebut dijepit dengan memutar alat penekan. Angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala dinyatakan sebagai titik nol.
·      Alat penekan diputar kembali sampai tablet retak atau pecah. Angka pada skala dicatat pada saat ini maka kekerasan tablet adalah selisih antara angka pada saat pecahnya tablet dengan angka yang dianggap sebagai titik nol.
3.    Perbandingan diameter dengan tebal tablet
Pengukuran dilakukan terhadap 5 buah tablet memakai alat micrometer atau jangka sorong yang bersifat manual.
Farmakope Indonesia menyebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet. Perbandingan ini ada kaitannya dengan  penampilan yang menarik sebagai hasil perkiraan bobot per tablet sesuai dengan jumlah zat khasiat yang dikandungnya.
4.    Keausan tablet
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang sebelumnya telah dibersihkan dari debu, pengukuran ini memakai alat Roche friabilator yang mampu berputar 25 kali per menit.
Cara melakukan pengukuran dengan alat tersebut adalah:
·      20 tablet bebas debu ditimbang bersama (w 1 g) kemudian dimasukkan ke dalam Roche friabilator
·      Tekan tombol kearah ON dan diarkan alat ini berputar selama 4 menit.
·      Bersihkan kembali kedua puluh tablet tersebut dan timbang (w 2 g).   
Maka besar keausan tablet adalah =  X 100%
                        Batas keausan tablet yang diperbolehkan di Lachman adalah 0,8 % sedangkan menurut Roche bias sampai 1 %. Tes ini tidak dapat diperlakukan terhadap tablet-tablet yang pecah pada waktu perputaran terjadi; dalam keadaan demikian tes harus diulangi kembali.
Keausan tablet ada kaitannya dengan keutuhan tablet sampai ke tangan konsumen. Hal tersebut menjadi penting oleh karena selama proses packing maupun proses transportasinya, tablet-tablet akan mengalami benturan-benturan sesamanya taupun benturan yang terjadi antara tablet dengan dinding wadahnya sehingga apabila tes keausan ini tidak terpenuhi maka dikhawatirkan keutuhan tablet sebelum digunakan oleh konsumen tidak bisa terjamin.
5.    Waktu hancur tablet
Pengukuran dilakukan terhadap 6 buah tablet memakai alat Disintegration Tester.
                        Cara melakukan tes ini adalah sebagai berikut:
·      Isikan bejana dengan cairan yang cocok seperti cairan lambung buatan atau cairan usus buatan sesuai dengan tablet yang diukur waktu hancurnya.
·      Jumlah cairan ini sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang turun permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat keranjang ini naik, permukaan sebelah bawahnya tidak melebihi permukaan cairan.

·      Larutan yang digunakan diatur suhunya sampai 37± 20 C.
·      Isikan tablet yang diukur waktu hancurnya satu per satu pada 6 tabung yang ada, setelah itu ke dalam masing-masing tabung dimasukkan pula cakram yang terbuat dari plastik.
·      Tekan tombol ke arah ON dan catat waktu pada saat tablet telah melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung kecuali sisa-sisa tablet yang tidak larut dlam cairan yang digunakan.
·      Untuk tablet biasa farmakope Indonesia edisi II 1972 membatasinya tidak lebih dari 15 menit sedangkan tablet bersalut gula tidak lebih dari 60 menit. 
6.    Kecepatan disolusi tablet
Pengukuran ini dilakukan dengan 5 tablet yang diukur satu per satu memakai alat Disolution tester. Yang diukur dengan tes disolusi ini adalah jumlah zat khasiat yang larut dalam satu satuan waktu.
            Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
·      Tablet diletakkan dalam keranjang kawat yang dapat berputar sebanyak 50, 100 dan 150 kali per menit.
·      Keranjang kawat ini berada dalam suatu cairan dengan suhu 370 C.
·      Dalam waktu-waktu tertentu cairan tersebut diambil engan pipet melalui ‘Sampling port’, kemudian ditentukan secara kuantitatif jumlah zat khasiat yang larut pada waktu-waktu tersebut.


Disolusi zat khasiat dari tablet dapat terjadi dengan cara :
a.       Tablet mengalami disintegrasi terlebih dahulu.
b.      Baru kemudian zat khasiat melarut dari bagian-bagian tablet yang hancur tersebut.
Kecepatan disolusi ada kaitannya dengan efek farmakologis zat khasiat yang dikandung dalam tablet.

















BAB III
METODE KERJA

III. 1 Formula I
             I.      Formula Asli
R/ Ketoprofen Tab. SR
          II.      Formula
Tiap 300 mg tablet ketoprofen SR mengandung :
Ketoprofen         100 mg
HPMC                10%
PVP                    3%
Mg. stearat         1%
Talk                    2%
Laktosa ad        300 mg
       III.      Master Formula
Nama produk              : Tri Arthro Tablet SR®
Jumlah produk                        : 1 botol @20 tablet
No. registrasi               : DKL 1400300510A1
No. batch                    : E 050505




PT. TRIFARMA
Makassar-Indonesia
Tanggal Formula
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh
22 Mei 2014
5 Juni 2014
Kel. III
Asisten
No.
Kode Bahan
Nama Bahan
Fungsi Bahan
Per Dosis
Per Batch
1.
KP-001
Ketoprofen
Zat aktif
100 mg
2 g
2.
HP-002
HPMC
Matrix
30 mg
0,6 g
3.
PV-003
PVP
Pengikat
9 mg
0,18 g
4.
MS-004
Mg. Stearat
Lubrikan
3 mg
0,06 g
5.
TK-005
Talk
Glidan
6 mg
0,12 g
6.
LT-006
Laktosa
Pengisi
182 mg
3,04 g

Alasan Pemilihan Sediaan
a.       Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obat ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel.1989)
b.      Keuntungan sediaan SR antara lain sediaan tersebut dapat dikonsumsi dengan tidak begitu sering disbanding sediaan yang diformulasikan untuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dengan sediaan ini dapat terjaga secara terus menerus dalam aliran darah
c.       Ketoprofen merupakan analgetik NSAID turunan propionate. Memiliki t ½ yang pendek yaitu 1,5 – 4 jam. Penggunaannya dalam dosis besar dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Oleh karena itu diformulasikan dalam bentuk sustained release.
       IV.      Alasan Pemilihan Bahan
1.      Ketoprofen
-       Merupakan turunan asam propionate golongan NSAID, memiliki sifat anti inflamasi yang mungkin lebih lemah dari beberapa NSAID lainnya (Martindale 35th edition)
-       Ketoprofen digunakan dalam musculoskeletal dan gangguan sendi seperti ancylosing spondilitys, osteoarthritis dan reumatoidarthritis.
-       Dosis 50 – 100 mg dapat diberikan tiap 4 jam sampai DM 200 mg dalam 24 jam sampai 3 hari.
-       Ketoprofen mudah diserap di saluran pencernaan,konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar 0,5 – 2 jam setelah pemberian. Waktu paruh hingga 1,5 – 4 jam.
-       Ketoprofen merupakan obat anti peradangan non steroid yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin. Kelarutan dalam air rendah dan penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan perdarahan lambung (American Medical Association, 1991).
Salah satu cara mengatasi kelemahan tersebut adalah memformulasikan dalam bentuk tablet sustained release.


2.      HPMC (Exc.:326)
-       HPMC sangat luas digunakan dalam aplikasi sebagai matrix SR. HPMC merupakan polimer semi sintetik yang bersifat hidrofilik non ionic dan merupakan polimer biodegradable.
-       Pelepasan obat dapat terjadi melaui difusi diikuti erosi dari matrix
-       Tingkat viskositas yang tinggi dapat digunakan untuk memperlambat pelepasan obat yang mudah larut dalam matrix
-       Konsentrasi sebagai matrix SR yaitu 10 – 80% b/b dalam sediaan tablet atau kapsul
3.      PVP (Exc. 582)
-       Merupakan turunan alkohol yang stabil dan bagus sehingga pencampurannya menghasilkan granul yang baik dan merata.
-       Konsentrasi yang digunakan 0,5 – 5%
-       Digunakan sebagai pengikat
4.      Mg. Stearat (Exc. 404)
-       Memiliki daya lekat yang lebih bagus, khususnya garam-garam stearat dibandingkan asam stearat
-       Dalam formulasi sebagai lubrikan pada konsentrasi 0,25 – 5%
5.      Talk (Exc. :728)
-       Sebagai glidan dan anti adheren dalam formulasi tablet. Glidan memperbaiki fluiditas massa yang akan dikempa sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam, sedangkan sebagai anti adheren untuk mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet pada punch atas dan bawah
-       Talk juga digunakan secara luas sebagai pelambat disolusi pada produk – produk dengan pelepasan terkendali.
-       Konsentrasi sebagai anti adheren dan glidan yaitu 1-10%
6.      Laktosa (Exc. :359)
-       Laktosa digunakan secara luas dalam pembuatan tablet sebagai pengisi maupun pengikat.
          V.      Uraian bahan
1.      Ketoprofen (Martindale edisi 35)
Nama resmi           : Ketoprofenum
Nama lain              : Ketoprofen, Ketoprofeni, Ketoprofenas
RM/BM                 : C16H14O3/254,3
Pemerian               : Serbuk Kristal, putih atau agak putih, praktis tidak larut dalam air, larut dalam alcohol, dalam aseton dan dalam klormetana
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Kegunaan              :  Analgesic Non steroid
2.      HPMC (Exc.:326)
Nama resmi           : Hydroxypropylmethylcellulose
Nama lain              : HPMC
Pemerian               :  Bubuk granul, ringan
Kelarutan              : Tidak larut dalam kloroform dan etanol (95%) P dan eter, namun larut dalam campuran etanol dan klormetana, campuran methanol dan diklorometana dan campuran air dan alcohol, larut dalam larutan aseton encer
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :  Matriks hidrofilik
3.      PVP (FI III:510)
Nama resmi           :  Povidonum
Nama lain              :  Povidon, Polivil Pyrolidon
Pemerian               :  Serbuk putih, atau kekuningan, berbau lemak atau tidak berbau, higroskopis
Kelarutan              :  Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter
Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :  Pengikat (binder)
4.      Mg.stearat (FI III:354)
Nama resmi           :  Magnesii stearat
Nama lain              : Magnesium stearat
Pemerian               :  Serbuk halus, putih dan mudah melekat pada kulit, licin, bau lemah khas
Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              :  Lubrikan
5.      Talk (FI III:591)
Nama resmi           :  Talcum
Nama lain              :  Talk
Pemerian               :  Serbuk halus, sangat halus, licin, mudah melekat, padatan bebas dari butiran warna putih atau kelabu
Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              :  Glidan
6.      Laktosa (FI III:378)
Nama resmi           :  Lactosum
Nama lain              : Lactosa, Saccharum Lactis
RM/BM                 : C12H22O11.H2O/36,30
Pemerian               :  Serbuk halus, putih, tiidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan              : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Pengisi (dilluent/filler)



       VI.      Perhitungan bahan
Tablet yang dibuat @ 1 tablet = 300 mg
Dibuat sebanyak 20 tablet           300 mg x 20 tablet = 6000 mg = 6 g
a.       Ketoprofen      = 100 mg x 20 tablet = 2000 mg = 2 g
b.      HPMC             =  x 6 g = 0,6 g
c.       PVP                 =  x 6 g = 0,18 g
d.      Mg Stearat      =  x 6 g = 0,06 g
e.       Talk                 =  x 6 g = 0,12 g
f.       Laktosa           = (6 g – 2,96 g) = 3,04 g

VII.            Cara kerja
1.      Disiapkn alat dan bahan
2.      Dibuat larutan PVP
3.      Dibuat granul dari campuran ketoprofen, HPMC, dan laktosa dengan cara granulasi basah dengan menambahkan larutan PVP hingga terbentuk massa granul
4.      Massa granul diayak dengan pengayak tertentu, diperoleh granul kemudian dikeringkan dalam oven selama beberapa menit
5.      Granul kering kemudian dicampur dengan Mg stearat dan talk, serta ditambahkan sisa laktosa, dicampur dan dikeringkan pada mesin pencetak tablet
6.      Dilakukan pengujian granul
7.      Dilakukan kompresi pada granul hingga terbentuk tablet
8.      Tablet dikemas dalam wadah, diberi etiket

VIII.      Pengujian tablet
Evaluasi Granul
1.      Susut Pengeringan
Berat basah     : 7,5132 g
Berat kering    : 6,9212 g
Rumus =  
=  
= 0,0788
2.      Kandungan Lembab
Rumus =  
=  
= 8,5534 %
3.      BJ sejati, BJ nyata dan BJ mampat
Berat piknometer kosong (a)               : 13,5570
Piknometer + parafin (b)                     : 40,0716
Piknometer + 1 g granul (c)                : 14,5727
Piknometer + granul + parafin (d)      : 40,1535
Bobot granul                                       : 5,9086 g
Volume awal                                       : 13 ml
Ketuk 50 kali                                      : 15 ml
Ketuk 100 kali                                                : 12 ml
Ketuk 500 kali                                                : 12 ml
BJ parafin        =
                        =
                        = 1,0606 g/ml
BJ sejati           =
                        =
                        = 1,1537 g/ml
BJ nyata          =
                        =
                        = 0,0779 g/ml

BJ mampat      =

                        =          

=  0,3939 g/ml; 0,4924 g/ml; 0,4924 g/ml
4.      Uji porositas
Rumus             :
:
= 34,14 %; 42,68 %; 42,68%



5.      Kecepatan alir
Waktu alir : 2 menit 38 detik
Rumus       :
                        =
                        : 2,48 g/menit
6.      Sudut diam
Tinggi granul (h)         : 0,8 cm
Diameter (d)                : 15,6
Rumus             : tan α  =
                                    =
                                    = 0,1026
                                                = 1,7907 x 10-3                                   










 IX.            Brosur dan etiket


 















Description: C:\Users\Magic Art\Downloads\tab.jpg 






    X.            Kemasan
 




     














Description: images (3).jpg
Description: images (3).jpg



Description: C:\Users\Magic Art\Downloads\tab.jpg

Description: C:\Users\Magic Art\Downloads\tab.jpg




Description: LOGO TriFarma.gif



 




















II. Formula II
       I.            Formula Asli
R/ Tab. Na. diklofenak salut enterik
    II.            Formula
Tiap 300 mg tablet na. diklofenak mengandung :
Tablet inti
Na. diklofenak      50 mg
Avicel                    70%
Aerosil                   1%
Mg. stearat            2%
Laktosa     ad        300 mg
Bahan penyalut
Eudragit FS 30D   14%
PEG                      1%
Tartrazine              0,5%
Air                         ad        15 mL

 III.            Master formula
Nama produk              : Flama Tri Tablet Salut Enterik®
Jumlah produk                        : 1 botol @ 100 tablet
No. registrasi               : DKL 1400300610 A1
No. batch                    : E 060606





PT. TRIFARMA
Makassar-Indonesia
Tanggal Formula
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh

28 Mei 2014

5 Juni 2014

Kel. III

Asisten
No.
Kode Bahan
Nama Bahan
Fungsi Bahan
Per Dosis
Per Batch
Tablet Inti
1.
ND-001
Na. Diklofenak
Zat aktif
50 mg
5000 mg
2.
AC-002
Avicel
Pengisi
210 mg
2100 mg
3.
AR-003
Aerosil
Glidan
3 mg
300 mg
4.
MS-004
Mg. Stearat
Lubrikan
6 mg
600 mg
5.
LT-005
Laktosa
Pengisi
300 mg
30 g
Penyalut
6.
EG-006
Eudragit FS 30D
Penyalut
2,1 mg
210 mg
7.
PE-007
PEG
Plasticizer
0,15 mg
15 mg
8.
TR-008
Tartrazine
Pewarna
0,0075 mg
0,5 mg
9
AD-009
Aquadest
Pelarut
15 mL
1,5 L





IV.            Alasan Penambahan Bahan
a.      Na. Diklofenak (Martindale 35th edition)
·         Merupakan suatu obat penghambat sintesis prostaglandin
·         Menimbulkan penurunan lipodanginase dengan meningkatkan pengobatan asam anakidonat menjadi trigiserida
·         Efek samping yaitu : mual, muntah, gastritis, enterik
·         Karena efek samping terhadap lambung harus dibuat dalam bentuk salut enterik
·         Dosis oral 75-150 mg/hari dalam dosis terbagi ½ 1-2 jam
b.      Avicel (Exc.:130)
·         Berbentuk garam, sifat alirnya menjadi lebih baik
·         Dapat meningkatkan kekentalan dan stabilitas tablet. Dengan laktosa dan amilum dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pelepasan obat
·         Meningkatkan kekerasan dan digunakan sebagai pengisi dengan konsentrasi 20 – 90 %
c.       Aerosil (Exc.:186)
·         Memiliki ukuran partikel yang kecil dan luas permukaan yang besar sehingga dapat memberikan daya air/ sifat alir yang baik dan dapat digunakan untuk memperbaiki sifat alir serbuk dalam pembuatan.
·         Konsentrasi sebagai glidan 0,1-1 %


d.      Eudragit (Exc.:526)
·         Digunakan sebagai bahan penyalut
·         Merupakan penyalut dengan fleksibilitas
·         Tipe eudragit yang digunakan sebagai penyalut enterik dalam tipe L, S, dan FS, karena dapat bertahan pada cairan lambung
·         Eudragit S merupakan yang umum digunakan untuk salut enterik
e.       Laktosa (Exc.:359)
·         Digunakan dalam pembesaran tablet sebagai pengisi maupun pengikat
f.       PEG
·         Digunakan sebagai lubrikan
·         Untuk memelihara kenaikan permeabilitas air dan mengurangi pelepasan sediaan pada PH rendah, dalam film salut enterik
g.      Tartrazin
·         Digunakan sebagai bahan pewarna untuk memperbaiki penampilan fisik sediaan tablet
h.      Mg. Stearat (Exc.:404)
·         Memiliki daya lekat yang bagus khususnya garam-garam stearat dibanding asam stearat
·         Konsentrasi sebagai lubrikan 0,25 – 5 %
i.        Aquadest (Exc.:338)
·         Digunakan sebagai pelarut pembawa dalam pembuatan obat dan sediaan farmasi

V.            Uraian Bahan
a.       Na. Diklofenak (FI IV.1995)
Nama Resmi                :  Diclofenac Sodium
Nama Lain                  :  Natrium Diklofenak
RM/BM                       :  C14H10Cl2N2O2 / 318,3
Pemerian                     : Kristal putih, tidak berbau
Kelarutan                    :  Larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organik
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :  Zat aktif
b.      Avicel (Exc.:129)
Nama Resmi                :  Microcrystalline Cellulose
Nama Lain                  :  Avicel
RM / BM                     :  C6H10O5 / -
Pemerian                     :  Serbuk kristal, putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan                    :  Sedikit larut dalam 5% w/v larutan sodium dan pelarut organik
Kegunaan                    :  Pengisi
c.       Aerosil (HOPE 5th :188-191)
Nama Resmi                :  Silicon Dioksida Koloidal
Nama Lain                  :  Aerosil
RM/ BM                      :  SiO2 / -
Pemerian                     :  Sub microscopic fumed silica dengan ukuran partikel 15nm, serbuk amat ringan, putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan                    :  Praktis tidak larut dalam air, pelarut organik dan asam, kecuali asam hidrofluorat; larut dalam  larutan panas alkali hidroksida, membentuk dispersi koloidal dalam air
Kegunaan                    :  Glidan
d.      Mg. Stearat (FI III:354)
Nama Resmi                :  Magnesii Stearat
Nama Lain                  :  Magnesium Stearat
Pemerian                     :  Serbuk halus, putih dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas
Kelarutan                    :  Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Lubrikan
e.       Eudragit (Exc.:401)
Nama Resmi                :  Polymetacrilates
Nama Lain                  :  Eudragit,
Pemerian                     :  Polimer anionik, dan lationik dari dimetyl akrilat, asam metacrilat, dan ester asam metacrilat, bentuk serbuk kuning, dispersi dari larutan organik
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Sebagai penyalut
f.       PEG 400 (FI III:504)
Nama Resmi                :  Polyethylenglicolum-400
Nama Lain                  :  Polietilenglikol-400; Makrogol-400; Poliglikol 400
Pemerian                     :  Cairan kental, jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau   khas lemah, tidak higroskopis
Kelarutan                    :  Larut dalam air dan dalam etanol 95%, dalam aseton p, dalam glikol dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter P.
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Plasticizer
g.      Aquadest (FI III:96)
Nama Resmi                :  Aqua Destilata
Nama Lain                  :  Aquadest
Pemerian                     :  Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :  Pelarut


h.      Laktosa (FI III:378)
Nama Resmi                :  Lactosum
Nama Lain                  :  Laktosa, Saccharum lactis
Pemerian                     :  serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan                    :  larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform, dan dalam eter P
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Pengisi (Dilluent/filler)
i.        Tartrazine
Nama Resmi                :  Tartrazine
Nama Lain                  :  Tartrazin
Pemerian                     :  Serbuk kuning, jingga
Kelarutan                    :  1 gram dalam 6 bagian air larutan kuning emas, agak larut dalam etanol; tidak larut dalam minyak nabati, tidak dipengaruhi oleh asam dan basa
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Pewarna


 VI.            Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan bahan
3.      Tablet dibuat dengan mencampurkan Na.diklofenak,  avicel,  Mg. Stearat  dan laktosa hingga homogen.
4.      Setelah tercampur kemudian dikempa
5.      Eudragit dilarutkan dengan aquadest, kemudian tambahkan PEG dan tartrazin
6.      Tambahkan sisa aquadest
7.      Tablet yang sudah dikempa, disalut dengan bahan penyalut
8.      Kemudian dimasukan dalam wadah/kemasan









VII.            Brosur dan etiket








Description: C:\Users\Magic Art\Downloads\tablet.jpg
 























                   IV.            Kemasan
 




















                                               



BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil
Formula
Organoleptik
Warna
Bau
Formula I
(Ketoprofen Tablet SR)
Granul; Putih
Tidak berbau
Formula II
(Na. Diklofenak Tablet Salut Enterik)
Serbuk; Putih
Tidak berbau

IV. 2 Pembahasan
Dalam praktikum ini telah membuat dua formula sediaan tablet, yaitu tablet sustained release dengan zat aktif ketoprofen dan tablet salut enterik dengan zat aktif natrium diklofenak. Masing-masing sediaan dibuat sebanyak 20 tablet.
Tablet ketoprofen dibuat dengan metode granulasi basah. Pemilihan metode granulasi basah didasarkan atas sifat dari ketoprofen yang tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Selain itu, metode granulasi basah juga menghasilkan tablet yang lebih baik dan lebih stabil dalam penyimpanan jika dibandingkan dengan metode granulasi kering.
Proses awal dalam pembuatan tablet ketoprofen ini adalah pembuatan granul dan evaluasi garanul. Proses ini merupakan proses yang penting dan diharapkan dapat menghasilkan granul yang baik. Tetapi dalam praktikum yang telah dilakukan, granul kering yang diperoleh memiliki bentuk yang bagus. Pada saat melakukan pengayakan granul basah, granul dapat memisah. Saat dikeringkan, granul menjadi keras dan sulit diayak sehingga harus digerus terlebih dahulu menjadi massa yang lebih kecil dan bisa diayak.
Setelah dilakukan pembuatan granul, proses selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap granul yang dibuat. Evaluasi yang dilakukan meliputi susut pengeringan, kandungan lembab, BJ sejati, BJ mampat, BJ nyata, porositas, kerapatan alir, dan sudut diam. Evaluasi granul bertujuan untuk melihat kualitas granul yang dihasilkan, serta untuk memperkirakan kualitas tablet yang dihasilkan, berkaitan dengan aspek farmakologi, farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat. Pembuatan tablet tidak dilanjutkan sampai ke proses pengempaan. Hal ini dikarenakan mesin pencetak tablet berada dalam kondisi rusak. Evaluasi granul dapat dilihat pada lampiran 1
Formula tablet salut enterik dengan zat aktif natrium diklofenak juga tidak dibuat. Hal ini dikarenakan proses yang digunakan dalam pembuatan tablet natrium diklofenak adalah dengan metode kempa langsung, dimana proses ini tidak melalui proses pembuatan granul, melainkan langsung menggunakan mesin untuk dicetak.











BAB V
KESIMPULAN

V. 1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1.      Sediaan tablet sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obat ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan dapat memperpanjang aksi obat untuk menghasilkan efek dalam tubuh.
2.      Ketoprofen merupakan kelompok obat analgetik NSAID turunan propionat yang memiliki t ½ yang pendek yaitu 1,5 – 4 jam. Dosisnya   50 – 100 mg. Penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan perdarahan lambung. Oleh karena itu ketoprofen diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet sustained release.
3.      Na. diklofenak merupakan derivate fenilasetat acid, tergolong NSAID yang digunakan sebagai analgetik dan anti radang dalam berbagai kondisi. Karena memiliki efek samping trehadap saluran pencernaan maka na. diklofenak diformulasikan dalam bentuk salut enterik.
V. 2 SARAN
Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik alangkah baiknya alat-alat yang ada dalam laboratorium lebih dilengkapi lagi.


Daftar Pustaka

Ainley Wade.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. Pharmaceutical Press : London

Alfonso, E Gennaro. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences Eightteens Edition. Mark Publishing Company : Pennsylvania

Ditjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen                            Kesehatan RI : Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Eugene L Parrot. 1963. Pharmaceutical Technology. College of Pharmacy University of Lowa : Lowa

Howard, C Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Empat. Penernit Universitas Indonesia : Jakarta

Joseph B Sprowls. 1970. Prescription Pharmacy. J. B Lippincont Company : Philadephia

Lachman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press : Jakarta

Priyambodo Bambang. 2007. Manajenen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama :  Yogyakarta

Reynold. 1989. Martindale The Extra Farmakopeia Twenty Nineth Edition. The Pharmaceutical Press : London

Scoville’s. 1957. The Art of Compounding. Mc Graw – Hill Book Company : London