Selasa, 18 Februari 2014

Laporan suspensi


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMIPADAT
SUSPENSI


 

OLEH :
KELOMPOK I
Annette theresia                                          Meyke M.thalib
Djayana                                                        Paifti Herin Onan
Crhistiani M.O. Sinour                                Pratiwi Rosalia Maliki
Herlina Heni S. Albertus                             Waode Suci Rahmawati
Khatimatul Khairiah                                  Wiwit Zurianti Uno
Markus Molan purap                                  Yuliana Phsyoksa Putri
                                                                       

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2014









BAB I
PENDAHULUAN
I.1.  Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran salah satunya adalah suspensi.Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat (RPS 18th :1539)
Sehingga dalam dunia farmasi seharusnya mengetahui formulasi obat yang baik dan benar sehingga sediaan obat yang baik dapat dipilih.Dengan keahliannya farmasis mudah memformulasi bentuk sediaan obat.Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan formulasi dalam sediaan suspensi.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
 I.2.1  Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan suspensi yang baik dan benar.
I.2.2  Tujuan praktikum
Menentukan formulasi yang tepat dari pembuatan dari pembuatan sediaan suspensi
I.3 Prinsip Percobaan
                           Pada praktikum ini dibuat sediaan suspensi trisulfa dan pyrantel pamoat. Suspensi trisulfa dibuat dengan menggunakan kombinasi dari sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfadimidin. Sediaan suspensi ini dibuat tipe flokulasi dengan pemflok Aluminium klorida. Sedangkan pada suspensi pyrantel pamoat dibuat dengan tipe deflokulasi dengan pembasah propilenglikol.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.  Pengertian
Menurut Lachman, Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut DOM  Marthin, Suspensi adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari fase terdispersi atau fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan.
Menurut RPS 18th, Fisika kimia mendefinisikan kata “suspensi” sebagai sistem dua fase yang terdiri dari serbuk terbagi halus yang didispersikan dalam padatan, cairan atau gas.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan .
Suspensi merupakan termodinamika tidak stabil, dimana terdapat padatan yang tidak larut dari suspensi yang menyebabkan adanya tegangan antarmuka dan memerlukan energi bebas permukaan untuk menstabilkannya sehingga energi besas permukaan tidak sama dengan nol (∆ F≠0).
II.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
II.2.1  Keuntungan sediaan suspensi
Keuntungan sediaan suspensi, antara lain :
1.      Bisa digunakan untuk partikel / bahan obat yang tidak larut
2.      Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan dapat dibuat dalam sediaan suspensi.
3.      Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
4.      Stabil secara kimia karena suspensi tidak mengalami perubahan secara kimia karena bahan aktifnya tidak larut sehingga tidak berinteraksi dengan pelarutnya.
5.      Kerjanya lebih cepat dibandingkan sediaan padat.
II.2.2  Kerugian sediaan suspensi
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut
1.      Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
2.      Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan tablet
3.      Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit dibandngkan tablet.
4.      Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak  terlarut.
II.3 Suspensi disebut termodinamika tidak stabil (Physical Pharmacy : 478)
Kerja harus dilakukan untuk megurangi padatan menjadi partikel kecil dan mendispersikannya dalam suatu pembawa. Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik., dimana dimaksudkan di sini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali untuk mengurangi luas permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang bersatu karena gaya van der Walls yang lemah. Pada keadaan tertentu misalnya dalam suatu lempeng padat partikel tersebut dapat melekat dengan gaya yang lebih kuat membentuk suatu gumpalan (aggregates). Pembentukan setiap jenis gumpalan (agglomerates), apakah itu flokulat atau aggregat dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem utnuk mencapai keadaan yang lebih stabil secara termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau energi bebas permukaan total ∆ F diperoleh dengan membagi zat padat menjadi partikel yang lebih kecil dan mengakibatkan meningkatnya luas permukaan total ∆A yang digambarkan dengan :
                                      ∆ F =   γSL . ∆A
dimana  γSL adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel padat. Agar mencapai suatu keadaan stabil, sistem tersebut cenderung untuk mengurangi energi bebas permukaan: keseimbangan dicapai bila ∆F = 0 keadaan ini dapat dicapai dengan pengurangan tegangan permukaan atau mungkin dapat didekati dengan pengurangan luas antar muka. Kemungkinan terakhir ini, mengakibatkan flokulasi atau agregasi yang diinginkan atau tak diinginkan dalam suatu suspensi farmasi seperti yang dipertimbangkan dalam bagian terakhir. Tegangan antar muka dapat dikurangi dengan penambahan suatu surfaktan , tapi biasanya mempunyai suatu tegangan antar muka positif tertentu dan partikel-partikel tersebut cenderung untuk berflokulasi.
II.4 Ukuran partikel suspensi
a.     RPS 18th   : 1538
     Batas terendah dari ukuran partikel mendekati 0,1 µm
b.    Parrot   : 344
     Ukuran partikel suspensi 1-50 µm
c.     Scoville’s : 299
     Partikel padat sekecil 1 µm dalam diameter mengandung lebih dari 100 juta molekul setiapnya.
d.    Lachman Industry : 479
 Juga telah didiskusikan untuk suspensi memiliki diameter lebih dari 0,2 mikron, kira-kira lebih rendah dari batas resolusi mikroskop optical.
II.5 Stabilitas Suspensi (Lachman,2008)
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier.Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya (Lachman,2008).
2.    Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdwjE7zYzfav_d6tFhFMs9CUy2GGINHs3OkKudGXfZTs53mei8hjPIACvRDhq9zQ2OhWMLXR1tZ-WqyGuoct63K9RV1TqQUD7CU1kM4PmxD1FbT-JY7uO-_C9OORVGPrl-p6HKcT3le34/s200/Picture1.jpg
Keterangan :
V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
Å‹ = Viskositas Cairan (Lachman,2008)
3.    Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut (Lachman,2008)
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.    Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi (Lachman,2008)
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a.    Bahan pensuspensi dari alam (Schoville’s,1967).
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
·      Termasuk golongan gom (Schoville’s,1967)
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
·      Golongan bukan gom (Schoville’s,1957)
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
b.    Bahan pensuspensi sintesis (Schoville’s,1967)
·      Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
·      Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934.
II. 6. Kriteria suspensi yang baik
Menurut RPS 18th  ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik :
1.      Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.
2.      Bagaimana juga, dalam peristiwa terjadinya sedimentasi, sediment harus tidak membentuk endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang minimum dari pasien.
3.      Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba.
Menurut pdf. Liberman, Suspensi yang ideal atau suspensi yang diinginkan harusnya memiliki :
1.      Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar wadah. Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil sebagai cenderung mengendap. Oleh karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk campuran yang seragam dengan penggocokan sedang dan tidak membentuk cake.
2.      Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus tetap konstan selama penyimpanan produk.
3.      Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah (mudah dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar secara luas melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.
4.      Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
5.      Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.
6.      Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuiran yang homogen dari partikel obat yang sama yang dipindahkan secara berulang-ulang.
II.  7. Perbedaan deflokulasi dan flokulasi (RPS18th, 2000)



Deflokulasi
Flokulasi
1.      Partikel berada dalam suspensi dalam wujud yang memisah
2.      Laju pengendapan lambat karena partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel minimum.
3.      Endapan yang terbentuk lambat
4.      Endapan biasanya menjadi sangat padat karena berat dari lapisan atas dari bahan endapan yang mengalami gaya tolak menolak antara partikel dan cake yang keras terbentuk dimana merupakan kesulitan jika mungkin didispersi kembali.
5.      Suspensi penampilan menarik karena tersuspensi untuk waktu yang lama supernatannya juga keruh bahkan ketika pengendapan terjadi.
1.    Partikel membentuk agregat bebas
2.    Laju pengendapan tinggi karena partikel mengendap sehingga flokulasi yang merupakan komposisi partikel.
3.    Endapan yang terbentuk cepat
4.    Partikel tidak mengikat kuat dan keras satu sama lain tidak terbentuk lempeng. Endapan mudah untuk didispersikan kembali dalam bentuk suspensi aslinya.


5.    Suspensi menjadi keruh karena pengemasannya yang optimal dan supernatannya jernih. Hal ini dapat dikurangi jika volume endapan dibuat besar, idealnya volume endapan harus meliputi volume suspensi.

II.  8. Cara formulasi suspensi ( Ansel,1989 : 362)
Formulasi suspense yang mempunyai stabilitas fisika yang optimal tergantung pada partikel dalam suspensi, apakah menjadi flokulasi atau deflokulasi. Salah satu yang biasa digunakan adalah pembawa yang berstruktur untuk menjaga deflokulasi partikel dalam suspense.Yang kedua bergantung pada flokulasi terkontrol yang berarti mencegah pembentukan cake, yang ketiga kombinasi dari dua metode sebelumnya.Hasilnya adalah produk dengan stabilitas yang optimum.


 








II. 9. Komposisi Suspensi (Lachman,2008)
1.      Sistem suspensi
a.       Pembasah : surfaktan non ionic, propilenglikol, tween
b.      Pendispersi/deflokulasi : lecithin
c.       Bahan pengflokulasi     : untuk flok yang mudah pecah dan terdispersi kembali. misalnya, garam-garam kalsium (NaCl/KCl), aluminium sulfat, sitrat dan fosfat
d.      Bahan pengental : derivat selulosa (Na. CMC, HPMC)
2.      Pembawa suspensi
a.      Buffer/pengontrol pH                 : NH4Cl
b.      Bahan osmotik dan penstabil : untuk mempertahankan osmotik agar   sama di dalam sel dan luar sel. Misalnya, destrose, manitol, sorbitol, NaCl (bahan osmotik), dinatrium edefet (penstabil).
c.      Pewarna                                      : tatrazine
d.     Pengaroma                                  : orange oil
e.      Pengawet                                    : metil paraben, propil paraben, asam benzoate, benzyl lakohol, fenil etanol, garam ammonium guartena.
f.       Cairan pembawa                         : air.
II.  10. Mekanisme pembasah


 






Gambar 2 : Mekanisme pembasahan
Tahap pertama dalam pembasahan suatu serbuk adalah pembasahan adhesional dimana permukaan padat berhubungan dengan permukaan cairan. Tahap ini ekiuvalen dengan perubahan tahap A ke tahap B dalam gambar. Paertikel ini kemudia di tekan ke bawah permukaan cairan ketika pembasahan pencelupan terjadi (B ke C) selama tahap ini trebentuk antar muka padat-cair dan antar muka padat-udara hilang.Akhirnya cairan menyebar ke seluruh permukaan zat padat apabila pembasahan penyebaran terjadi. Kerja pembahasan penyebaran sama dengan kerja untuk membentuk antar muka padat-cair dan cair-gas di kurangi hilangnya antar muka padat-gas      (RPS18th, 2000).
II.  11. Sudut kontak


Gambar 3 : Sudut kontak
Sudut kontak adalah sudut yang meliputi cairan pada titik dimana tetesan dan zat padat bertemu.Makin kecil sudut kontak, makin mudah zat padat/partikel di basahi, sebaliknya makin besar sudut kontak, makin sulit zat padat/ partikel di basahi (Lachman,2008).
0o         : terbashi sempurna, mudah terbasahi
90o         : sebagian terbasahi
< 90o    : sebagain besar terbasahi
>90o      : sebagian kecil terbasahi
180o     : tidak terbasahi.
Description: Image-11II. 12. Lapisan Listrik Ganda (RPS18th, 2000)





Gambar 4 : Lapisan listrik ganda
Lapisan listrik ganda adalah lapisan yang menghalangi berikatannya partikel padat dengan pembawanya.
a-a’ : adanya daya tarik menarik kation (+) dan anion (-), merupakan daerah ikatan kuat dimana lapisan listrik yang terjadi dan jumlah besar.
b-b   : merupakan daerah terikat lemah dimana jumlah antara kation (+) dan anion (-) tidak seimbang, maka ditambahakn anion agar sma jumlahnya.
c-c    : daerah netral dimana jumlah kation (+) dan anion (-) sama besar
d-d   : dan saling berikatan, berpasangan satu sama lain dan saling tarik-menarik.
-          Jika daerah netral meningkat, maka partikel yang terflokulasi makin besar
-          Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral makin besar, potensial zeta menurun dan membentuk flok
-          Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral menurun, potensial zeta meningkat dan membentuk deflok.
II.  13. Evaluasi suspensi (RPS18th, 2000)
1.      Volume sedimentasi  adalah perbandingan antara volume sedimenatsi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula suspensi (Vo) sebelum mengendap
2.      Derajat flokulasi adalah pembandingan antara volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi  (Voc)
3.      Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redisperstabilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4.      Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thow cycling, yaitu temperature diturunkan sampai titik beku,lalu dinaikkan sampai mencair kembali. dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat Kristal.













BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III. 1. Formula 1
III. 1. 1. Formula Asli
R/ Suspensi Trisulfa
III.    1. 2. Rancangan Formula
Tiap 15 ml suspensi :
Sulfadiazin          167 mg
Sulfamerazin       167 mg
Sulfadimidin       167 mg
HPMC                 0,5%
AlCl3                   0,5%
Na.Sakarin           0,045%
Metil Paraben      0,001%
Aquadest             ad 15 ml
III.   1. 3. Master Formula
Nama Produk         : ETASULFA® SUSPENSI
Jumlah Produk       : 1 botol @100 ml
Tanggal Produksi   : November 2013
No. Registrasi        : DKL 1300300333 A1
No. Batch              : J100302


PT. Farma-one
ETASULFA® SUSPENSI
Tanggal Formulasi
Tanggal Produksi
Dibuat oleh
Disetujui oleh
November 2013
November 2013
Kelompok I
Asisten
Kode Bahan
Nama Bahan
Fungsi Bahan
Per dosis
Per batch
SZ – 001
SM – 002
SD – 003
HP – 004
AC – 005
NS – 006
MP – 007
CE  009
AQ – 010
Sulfadiazin
Sulfamerazin
Sulfadimidin
HPMC
AlCl3
Na.Sakarin
Metil paraben
Coklat Essens
Aquadest
Zat aktif
Zat aktif
Zat aktif
Agen pensuspensi
Pemflok
Pemanis
Pengawet
Pengaroma
Pembawa
167 mg
167 mg
167 mg
0,5%
0,5%
0,045%
0,1%
0,001
ad 15 ml
2204 mg
2204 mg
2204 mg
990 mg
990 mg
0,0198 mg
198 mg
89 mg
ad 180 ml

III. 1. 4. Alasan Pembuatan Sediaan (Anonim,2009)
Kombinasi dari sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfadimidin dibuat sediaan suspensi karena kelarutannya yang sukar larut dalam air, namun masih dikehendaki penggunaannya dalam bentuk cair yakni dibuat suspensi.
III. 1. 5. Alasan Penambahan Bahan
1.      Trisulfa
Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida biasanya sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfadimidin dalam perbandingan yang sama. Karena dosis setiap obat hanya sepertga dari dosis biasanya dan daya larutnya masing-masing tidak saling dipengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Pemberian bikarbonat tidak diperlukan lagi, cukup dengan minum lebih dari 1,5 liter air sehari selama pengobatan (OOP:139)
a.       Sulfadiazin mudah diserap dari saluran pencernaan, konsentrasi dalam puncak yang mencapai 3 – 6 jam setelah dosis tunggal hingga 40% dari sulfadiazin dalam darah sebagai derivat, karena itu kelarutannya rendah dan derivat asetilnya terdapat dalam urin , kristal urin lebih banyak ditemui setelah penggunaan sulfadiazin daripada sulfamethaxazol (Martindale : 336)
b.      Sulfamerazin adalah sulfonamida kerja pendek atau singkat yang komponennya mirip sulfamethaxazol. Baiasanya diberikan bersama sulfonamida lain atau trimetoprim. Sulfamerazin adalah derivat metil sulfonamida dengan khasiat sama. Efek sampingnya lebih sering terjadi begitu pula bahaya kristaluria lebih besar dan sering dilaporkan kasusu perusakan ginjal. Pada penggunaan  sulfamerazin digunakan 4 dd 1 g. Namun lebih sering digunakan dengan kombinasi bersama sulfadiazin dengan dosis yang sama antara ketiganya yaitu 167 mg (Martindale : 339)
c.       Sulfadimidin adalah sulfonamida kerja pendek yang komponennya mirip sulfamethaxazol. Diserap baik pada saluran intertisinal dan sekitar 80-90% terikat pada protein plasma. Sulfadimidin telah diberikan bersama sulfonamida secara partikular dengan sulfadiazin dan sulfamerazin (Martindale :338)
2.      HPMC
·         HPMC atau propilenglikol eter dari metil selulosa merupakan serbuk putih sampai kekuningan secara kimia inerzt, tidak bereaksi dengan bahan obat, viskositas larutan rendah. HPMC merupakan polimer alam yang telah dimodifikasi sebagai bahan eksipien di dalam sediaan topikal maupun oral.
·         Dibandingkan dengan metil selulosa, HPMC menghasilkan cairan jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan agen penstabil di dalam sediaan oral, topikal dan gel. Umumnya digunakan pada konsentrasi 0,3% - 1% pada penggunaan formulasi larutan (Skripsi Evaluasi pengaruh gelling agent terhadap stabilitas fisik atau propil difusi sediaan gel minyak biji jintan hitam : 2010) (Martindale : 2007).
3.      AlCl3
·         AlCl3 digunakan sebagai pemflok pada sediaan ini karena zat aktif bermuatan negatif (golongan sulfonamida) maka digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 lalu minum trichlorida ( RPS : 319 )
·         Merupakan suatu elektrolik yang digunakan sebagai pemflokulasi secara luas, elektrolik ini bekerja mengurangi gaya listrik tolak menolak antara partikel membentuk flok bebas yang menjaga karasteristik dari suspensi.
4.      Na. Sakarin
·         Sakarin merupakan pemanis buatan yang biasanya terdapat dalam bentuk garamnya yaitu berupa garam natrium sakarin atau kalsium sakarin. Sakarin digunakan sebagai pemanis dalam sediaan ini karena mempunyai sifat yang stabil dan nilai kalorinya rendah.
·         Na. Sakarin adalah agent pemanis intens digunakan pada produk minuman, sediaan tablet salut dan formulasi farmasetika seperti tablet, serbuk gel, suspensi, larutan dan mouth wash juga digunakan dalam komponen vitamin (Excipient : 608)
5.      Metil Paraben
·         Metil paraben digunakan sebagai pangawet dengan konsentrasi 0,05 – 0,25% (RPS :1172)
·         Metil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada range luas sampai 9,8 (Excipient : 442)
6.      Aquadest
·         Digunakan sebagai pelarut, pembawa dalam bentuk obat dan sediaan farmasi (Excipient : 338)
·         Air adalah cairan fisiologi dalam tubuh, merupakan pembawa pada kebanyakan larutan obat (Parrot : 170).
III. 1. 6. Uraian Bahan
1.      Sulfadiazin (FI Edisi III Hal 579)
Nama Resmi        : SULFADIAZINUM
Pemerian             : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih merah jambu, hampir tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan            : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95)% dan dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida
RM/BM               : C10H10N4O2S /250,27
Incompabilitas     : -
Khasiat                : Antibakteri
Dosis Max           : 2 g – 8 g
Dosis Min            : 1 g – 6 gram
2.      Sulfamerazin (FI Edisi III Hal 584)
Nama Resmi        : SULFAMERAZINUM
Pemerian             : Serbuk atau hablur putih agak kekuningan, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa agak pahit, mantap di udara kalau kena cahaya langsung lambat laun warna menjadi tua.
Kelarutan            : sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter, sukar larut dalam etanol (90%) agak sukar larut dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineralencer dan larutan alkali hidroksida.
RM/BM               : C11H12N4O2S /264,31
Inkompabilias      : -
Khasiat                : Antibakteri
3.      Sulfadimidin (FI Edisi III Hal 580)
Nama Resmi        : SULFADIMIDINUM
Pemerian             : Hablur atau serbuk putih, putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa agak pahit.
Kelarutan            : sukar larut dalam air, dalam 120 bagian etanol oil (95%), praktis tidak larut dalam eter, larut dalam aseton, dalam minyak mineral dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat
RM/BM               : C12H14N4O4S/310,30
Inkompabilitas    : -
Kegunaan            : Antibakteri
4.      HPMC (Martindale : 2007)
Nama Resmi        : HYDROXYPROPILMETHYL CELLULOSA
Pemerian             : Serbuk putih atau hablur putih
Kelarutan            : Kelarutan Hydroxyethylmethyl selulosa praktis tidak larut dalam air panas (di atas 608C), aseton, etanol (95%), eter, dan toluena. Larut dalam air dingin untuk membentuk larutan koloid.
Inkompabilitas    : -
Keamanan           : Hydroxyethylmethyl selulosa digunakan sebagai eksipien dalam berbagai lisan dan sediaan farmasi topikal, dan umumnya dianggap sebagai bahan dasarnya tidak beracun dan nonirritant.
Kegunaan            : Coating agent, pensuspensi, pengikat tablet, agen penebalan, agen peningkat viskositas.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
5.      AlCl3 ( RPS : 319 )
Nama Resmi        : ALUMINIUM CHLORIDA
Pemerian             : Putih atau putih kekuningan, serbuk kristal, rasa manis, rasa astrigen, larutan yang asam pada lakmus
Kelarutan            : 1 gram dalam 0,9ml atai 1 ml alkohol, larut dalam gliserin
Khasiat                : Pemflok
6.      Na. Sakarin ( Excipients :608)
Nama Resmi        : SACCHARINUM NATRIUM
Pemerian             : Serbuk hablur tidak berbau, putih atau agak aromatis, sangat manis.
Kelarutan            : Larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (91%). Mudah dilarutkan oleh solusi amonia encer , alkalisolusi hidroksida , atau solusi alkali karbonat (dengan evolusi karbon dioksida)
Stabilitas             : Stabil di bawah kisaran normal kondisi dipekerjakandalam formulasi . Dalam bentuk curah itu menunjukkan tidak terdeteksidekomposisi dan hanya jika terkena suhu tinggi(125oC) pada pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak signifikandekomposisi terjadi . Produk dekomposisi yang terbentuk adalah(amonium - o - sulfo) asam benzoat , yang tidak manis . (4)stabilitas berair sakarin sangat baik .Sakarin harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang tempat kering.
Inkompabilitas    : Dapat bereaksi dengan molekul besar , sehingga endapanyang terbentuk, memiliki kontroversi yang cukup tentang keselamatansakarin , yang telah menyebabkan studi ekstensif sejak pertengahan 1970-an .
Konsentrasi         : 0.075–0.6 %
Kegunaan            : Pemanis
7.      Metil Paraben (FI ed. III, 378)
Nama Resmi        : METHYLIS PARABEN
Nama Lain          : Nipagin
Pemerian             : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan            : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, ian etanol (95%) dan alam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika diinginkan larutan tetap jernih.
Inkompabilitas    : Aktivitas antimikroba Methylparaben dan paraben lainnya adalahsangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, sepertisebagai polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization. Namun, propilenglikol telah ditunjukkan untuk mempotensiasiaktivitas antimikroba dari paraben di hadapan nonioniksurfaktan dan mencegah interaksi antara methylparaben dan polisorbat 80.Tidak kompatibel dengan bahan lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin,  telah dilaporkan. itujuga bereaksi dengan berbagai gula dan gula alkohol terkait.Penyerapan methylparaben dengan plastik juga telah dilaporkan ;jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik dankendaraan. Telah menyatakan bahwa low-density dan high-densitybotol polyethylene tidak menyerap methylparaben.Methylparaben berubah warna dengan adanya besi dantunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat .
Keamanan           : Methylparaben dan paraben lainnya secara luas digunakan sebagai antimikrobapengawet dalam kosmetik dan farmasi oral dan topikalformulasi.Meskipun paraben juga telah digunakan sebagai pengawetdalam suntikan dan persiapan mata, mereka sekarangumumnya dianggap tidak cocok untuk jenis formulasi karena potensi iritasi dari paraben.inipengalaman mungkin tergantung pada respon kebal terhadap enzimatismetabolit yang terbentuk dari paraben di kulit.Parabens adalah nonmutagenic, nonteratogenic, dan Nonkarsinogenik.Sensitisasi terhadap paraben jarang terjadi, dan senyawa ini dilakukantidak menunjukkan tingkat signifikan sensitisasi photocontact atauphototoxicity.Reaksi hipersensitivitas terhadap paraben, umumnya tertundajenis dan muncul sebagai dermatitis kontak, telah dilaporkan.Namun, mengingat meluasnya penggunaan paraben sebagai pengawet,reaksi seperti itu relatif jarang, klasifikasi
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan            : Zat tambahan, Zat pengawet antimikroba
8.      Aquadest (FI Edisi III hal 96)
Nama Resmi        : AQUA DESTILLATA
Nama Lain          : Air Suling
Pemerian             : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
Kegunaan            : Pembawa
III.    1. 7. Perhitungan Dosis
1.         Sulfadiazin : - DL: 1 g – 6 g
-  DM: 2 g – 8 g
2.         Sulfamerazin : DL: 1 g – 6 g
3.         Sulfadimidin : DL: 1 g – 6 g
III.    1. 8. Perhitungan bahan
Untuk 180 ml dilebihkan 10%= 198 ml
1.      Sulfadiazin       x 167 mg = 2,204 gram
2.      Sulfamerazin     x 167 mg = 2,204 gram
3.      Sulfadimidin     x 167 mg = 2,204 gram
4.      HPMC               x 198 ml       = 1,1 gram
5.      AlCl3                x 198 ml       = 110 mg
6.      Na.Sakarin        x 198 ml     = 0,0891 gram
7.      Metil Paraben    x 198 ml       = 0,198 gram
8.      Coklat essens x 198 ml        = 0,0198 gram
9.      Aquadest         180 ml

III.    1. 9. Aturan Pakai
Dewasa     : Setiap 6 jam 1 cth
III.    1. 10. Cara Kerja Formula
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dikalibrasi botol 180 ml
3.      Ditimbang bahan satu per satu berdasarkan perhitungan bahan
4.      Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfadimidin digerus sampai homogen (campuran I)
5.      Na. Sakarin dan AlCl3 dilarutkan dalam air (campuran II)
6.      Dimasukkan campuran I ke dalam botol, kemudian masukkan campuran II
7.      HPMC dilarutkan dalam air dan masukkan dalam botol
8.      Masukkan metil paraben ke dalam botol dan tambahkan aquadest samapai batas kalibrasi
9.      Beri etiket dan masukkan dalam kemasan.










III. 2. Formula 2
III.2.1 FORMULA ASLI
R/ Suspensi obat cacing
III.2.2 RANCANGAN FORMULA
Tiap 5 ml suspensi mengandung:
Pyrantel Pamoat                125 mg
HPMC                               0,5%
Propilenglikol                    15%
Metil Paraben                    0,1%
Na. Sakarin                       0,045%
Ol. Citri                             0,01%
Tartrazine                          0,001%
Aquadest               ad        5 ml
III.2.3 MASTER FORMULA
Nama Produk                    : Combi-one®
Jumlah Produksi                : 1 botol @10 ml
No. Registrasi                   : DKL 1301010933 A1
No. Batch                          : D110403




PT. Farma-One Makassar-Indonesia
Dibuat Oleh:
Disetujui Oleh:
Kelompok I
Wahdaniah
Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
Perdosis
Perbatch
PP  - 001
Pyrantel Pamoat
Antelmintik
125 mg
275 mg
HP – 002
Hydroxy Propil Methyl Cellulosa
Pembawa berstruktur
0,5%
0,055 g
PG – 003
Propylenglikol
Pembasah
15%
1,65 g
MP – 004
Methyl Paraben
Pengawet
0,1%
0,011 g
NS – 005
Natrium Sacharine
Pemanis
0,04%
0,00495 g
TZ – 006
Tartrazin
Pewarna
0,001%
0,0005 g
OC – 007
Oleum Citri
Pengaroma
0,001%
0,0005 g
AQ – 008
Aquadest
Pelarut
100%
1l ml

III.2.4 Alasan Penambahan Bahan
1.      Pyrantel Pamoat (OOP:204)
a.    Sebagai zat aktif.
b.      Sangat efektif sebagai antelmintik khususnya ascari – askariasis.
c.       Dapat diberikan sebagai dosis tunggal sehingga lebih praktis dan lebih disukai.
d.      Tidak bermuatan.
e.       Dapat dijadikan sebagai pilihan pertama ketika terinfeksi cacing.
2.    HPMC  (Martindale : 2007).
a.       Merupakan pembawa berstruktur.
b.      Tidak bermuatan (nonionik).
c.       HPMC bekerja dengan baik pada kisaran pH 3-11
d.      Konsentrasi sebagai pengental 0,3 – 1%.
e.       Menjaga partikel deflokulasi
3.    Metil Paraben
a.       Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, makanan dan sediaan farmasi.
b.      Konsentrasi dalam suspensi sebagai pengawet yaitu 0,05 – 0,25%.
c.       Metil paraben menunjukkan aktifitas anti bakteri pada rentan pH 4 – 8 (Spektrum luas).
d.      Metil Paraben menurun dengan adanya nonionik surfaktan, seperti polisorbat 80, inkompabilitas berionik, magnesium, tragakan, sorbitol, minyak essensial, juga bereaksi dengan gula dan berbagai gula alkohol. (exp, 448).
e.       Tidak toksik, tidak mensensitasi, larut dengan memadai, dan bercampur dengan komponen – komponen formulasi dan dapat diterima, dapat dilihat dari basa dan bau pada konsentrasi 0,05 – 0,25%. (Rps 18 th: 1172).
4.    Na. Sakarin
a.       Na. sakarin adalah pemanis buatan yang dapat digunakan sebagai pemanis dalam makanan, minuman, dan sediaan farmasi.
b.      Rasa manis sakarin 300 kali lipat rasa manis pada gula.
c.       Konsentrasi Na. sakarin sebagai pemanis dalam suspensi 0,04%                ( Excipients :608)
5.    Oleum Citri ( Excipients :408)
a.       Sebagai pewarna dengan konsentrasi dalam sediaan oral 0,2 – 1%
b.      Pilihan yang cocok dengan pewarna.
6.    Tartrazin
a.       Konsentrasi pewarna dalam sediaan cairan biasanya berada dalam range 0,0005 – 0,001% (Rps 1289).
b.      Sebagai pewarna kuning setara dengan oleum citri dalam sediaan obat.
c.       Digunakan sebagai pewarna dalam makanan, minuman, dan sediaan farmasi.
7.    Propilenglikol
a.       Konsentrasi propilenglikol adalah 15%.
b.      Ditambahkan sebagai pembasah dalam suspensi untuk membantu kelarutan zat aktif yaitu pirantel pamoat.
c.       Untuk ditambahkan/ digunakan dalam formulasi dan sifat materialnya relative tidak toksik.
d.      Secara kimia propilenglikol stabil ketika bercampur dengan air. (Exp. 592 – 593).
8.    Aquadest ( Excipients :6)
a.       Digunakan sebagai pelarut/ pembawa dalam pembuatan obat dan sediaan obat.
b.      Air adalah cairan fisiologis dalam tubuh manusia maka tidak mengherankan jika digunakan sebagai pembawa dalam larutan obat.
III.2.5 Uraian Bahan
1.     PYRANTEL PAMOAT ( FI ed. IV,1995 : 719)
Nama Resmi        :
PYRANTEL PAMOAT
Nama Lain           :
Pirantel Pamoat
RM/ BM              :
C11H14S. C23H6O6 / 594,58
Pemerian              :
Padatan kuning, hingga coklat
Kelarutan             :
Praktis tidak larut dalam air dan dalam methanol, larut dalam dimetil sulfoksida, sukar larut dalam dimetil termomida.
penyimpanan       :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan             :
Antelmintik

2.      HPMC (Martindale : 2007)
Nama Resmi             :
HYDROXY PROPYL METHYL CELLULOSA
Nama Lain               :
HPMC
Pemerian                  :
Bentuk granul, putih, ringan
Kelarutan                 :
Larut dalam air, tidak larut dalam minyak
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Pembawa berstruktur
Saran Pemakaian      :
1 – 2 %
Konsentrasi              :
0,3 – 1 %

3.      PROPILENGLIKOL ( FI ed. III,1979 : 534)
Nama Resmi             :
PROPYLENGLYCOLUM
Nama Lain               :
Propilenglikol
Pemerian                  :
Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis higroskopik
Kelarutan                 :
Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95% dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian air, tidak dapat bercampur dengan eter, minyak tanah dan minyak lemak
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Sebagai pembasah
4.      NA. SAKARIN ( Excipients :608)
Nama Resmi             :
SACHARINUM NATRIUM
Nama Lain               :
Natrium Sakarin
Pemerian                  :
Serbuk hablur, putih tidak berbau atau agak aromatik, sangat manis.
Kelarutan                 :
Larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 30 bagian etanol
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Pemanis






5.      OLEUM CITRI ( FI ed. III,1979 : 455)
Nama Resmi             :
OLEUM CITRI
Nama Lain               :
Minyak Jeruk
Pemerian                  :
Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas agak pahit
Kelarutan                 :
Larut dalam 2 bagian etanol 95% p
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Sebagai pengaroma

6.    METIL PARABEN  ( FI ed. III,1979 : 379)
Nama Resmi             :
METIL PARABEN
Nama Lain               :
Metil Paraben, Nipagin
Pemerian                  :
Serbuk hablur putih, halus, tidak beraroma, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar dilidah, rasa tebal
Kelarutan                 :
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol dan dalam 3 bagian aseton p, mudah larut dalam eter p, dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol p
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Pengawet

7.   TARTRAZINE (Martindale,2007 : 569)
Nama Resmi             :
TARTRAZINE
Nama Lain               :
Tartrazin
Pemerian                  :
Serbuk kuning jingga
Kelarutan                 :
1 gram dalam 6 ml air, memberikan larutan kuning emas agak larut dalam etanol, tidak larut dalam minyak nabati, tidak depengaruhi oleh asam atau basa dalam larutan netral
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Pewarna

8.      AQUADEST ( FI ed. III,1979 : 96)
Nama Resmi             :
AQUADEST
Nama Lain               :
Air Suling
Pemerian                  :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
penyimpanan            :
Dalam wadah tertutup baik
kegunaan                  :
Pelarut
III.2.6  Perhitungan Bahan Dibuat 10 ml suspensi
Dilebihkan 10%    :  x 10 = 11 ml
1.      Pirantel Pamoat           :   x 11 ml           = 275 mg
2.      HPMC                         :  x 11 ml = 0,053 gram
3.      Propilenglikol              :   x 11 ml = 1,65 gram
4.      Na. Sakarin                 :   x 11 ml = 0,00495 gram
5.      Metil Paraben              :    x 11 ml = 0,011 gram
6.      Oleum Citri                 :   x 11 ml = 0,0005 gram
7.      Tartrazin                      :   x 11 ml = 0,0005 gram
8.      Aquadest ad 10 ml
III.2.7  Perhitungan Dosis
Berdasarkan MIMS dan ISO
·         Anak 2 - 6 tahun   = 125 mg – 250 mg, maka
·         Anak 2 - 4 tahun   = 125 mg/ 5 ml suspensi
·         Anak 4 - 6 tahun   = 250 mg/ 5 ml suspensi         
Ø  3 tahun  = 14, 97 kg
Ø  7 tahun = 22,68 kg
Ø  10 tahun = 29,94 kg
Ø  12 tahun = 35,52 kg
Ø  14 tahun = 45,36 kg
Ø  16 tahun = 54, 43 kg
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan, dosis pyrantel pamoat 10 mg/kg BB. Berat badan anak 1-5 tahun (7,85 – 14,3 kg), 6-10 tahun (16-24,3 kg), 11-15 tahun (27,6 – 42,9 kg).
DL = 10 mg/kg BB
1 cth = 5 ml
1 cth =  x 275 mg = 125 mg
Untuk anak 1-5 tahun =  x 1 cth
                                    =  x 1 cth
                                    = 0,6908 cth – 1,2584 cth

Untuk anak 6-10 tahun =  x 1 cth
                                      =  x 1 cth
                                      = 1,408 cth – 2,1384 cth
Untuk anak 11-15 tahun =  x 1 cth
                                        =  x 1 cth
                                        = 2,4332 cth – 3,772 cth
III.2.8  Cara kerja
1.      Alat dan bahan disiapkan
2.      Botol dikalibrasi .
3.      Pyrantel pamoat dibasahkan dengan propilenglikol dan ditambahkan air (campuran I).
4.      Metil paraben dilarutkan dalam air panas (campuran II).
5.      HPMC ditambahkan hingga mengembang (Campuran III).
6.      Natrium sakarin dimasukkan dalam campuran I, II, dan III.
7.      Masukkan kedalam wadah.
8.      Volumenya dicukupkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
            Berdasarkan percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:
Suspensi
Pengocokan ringan
Purability
Keterangan
Suspensi  Trisulfa 180 ml
Terdispersi kembali
Baik
Memenuhi syarat
Suspensi Pirantel pamoat 100ml
Terdispersi kembali
Baik
Memenuhi Syarat

IV.2  Pembahasan
IV.2.1 Pembahasan Formula 1
Pada percobaan ini dibuat dua sediaan suspensi yaitu suspensi Trisulfa dan suspensi pirantel pamoat. Pada suspensi trisulfa yang merupakan kombinasi dari sulfadiazine, sulfamerazin dan sulfadimidin dalam perbandingan dosis yang sama. Dibuat trisulfa dengan pertimbangan bahaya kristaluria  dari dosis sulfadiazine saat diberikan sendiri dapat diperkecil. Pemberian bikarbonat untuk mengurangi efek kristaluria dari sulfadiazine tidak diperlukan lagi, cukup dengan minum lebih dari 1,5 liter air sehari selama pengobatan.
Berdasarkan literatur untuk sulfadiazine, sulfamerazin dan sulfadimidin ini mempunyai sudut kontak kurang dari 90o yaitu 71o, 61o dan 48o sehingga tidak memerlukan  pembasah untuk menurunkan sudut kontak. Pembuatan suspensi sulfadiazine dibuat 180 ml dilakukan dengan mencampurkan zat aktif terlebih dahulu hingga homogen sebagai campuran 1. Kemudian natrium sakarin dan AlCl3 dilarutkan dalam air (campuran ke 2). Lalu dimasukkan campuran pertama dan kedua dalam botol dan dimasukkan HPMC yang telah dilarutkan dalam air. Ditambahkan metil paraben dan aquadest.
Suspensi yang dihasilkan merupakan suspensi yang baik dan dilakukan uji organoleptik, partikel-partikel tersebar secara merata, dan dengan pengocokan yang rendah endapan yang terbentuk, mudah untuk terdispersi kembali.
Namun kendala yang dihadapi dalam praktikum pembuatan suspensi sulfadiazin ini adalah suspensi yang dihasilkan viskositasnya rendah, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh konsentrasi HPMC-nya yang rendah dan saat pembuatan mucilagonya kurang bagus.
IV.2.1 Pembahasan Formula 2
Pada pembuatan suspensi pirantel pamoat dimana kelarutan dari zat aktif yaitu pirantel pamoat  yang praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan suspensi.Pirantel pamoat memiliki sudut kontak lebih dari 90o sehingga harus digunakan pembasah untuk menurunkan sudut kontak, dalam formula  ini pembasah yang digunakan adalah propilenglikol. Pembuatan suspensi pirantel pamoat dibuat dengan membasahi terlebih dahulu dengan propilenglikol lalu ditambahkan AlCl3. Ditambahkan lagi musilago HPMC dan selanjutnya metil paraben, natrium sakarin dan pengaroma olleum citri, kemudian dimasukkan kedalam botol dan ditambahkan aquadest hingga volume     10 ml.
Berdasarkan uji organoleptik didapatkan bahwa suspensi yang dihasilkan merupakan suspensi yang cukup baik. Namun kendala ditemui yang sama yang ditemui pada vormula suspensi trisulfa yaitu supensi yang dihasilkkan memiliki viskositas yang rendah, yang mungkin diakibatkan karena pembuatan mucilago HPMCnya yang kurang baik dan konsentrasi HPMC yang digunakan rendah.










BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktek di atas dapat di simpulkan bahwa:
Suspensi
Pengocokan ringan
Purability
Keterangan
Suspensi  Trisulfa  180 ml
Terdispersi kembali
Baik
Memenuhi syarat
Suspensi Pirantel pamoat  10ml
Terdispersi kembali
Baik
Memenuhi Syarat

V.2. Saran
            Alat dan bahan dalam praktikum harus disiapkan dengan baik agar  proses praktikum dapat berlangsung dengan lancar.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Depertemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokterran Universitas Indonesia :Jakarta
Ansel,H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. US press : Jakarta
Dirjen, Pom. 1979 . Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indosnesia : Jakarta
Dirjen, Pom . 1975. Farmakope Indonesia Edisi IV . Departemen  Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Lachman, dkk . 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi III  , Universitas Indonesia :   Jakarta
Martinn . 1971. Dispensing of medication ,solvent   edition , mack publishing company
Parrot . EL. 1979. Pharmaceutical Techknology, Universitas Of Lowa , Hana
R.gerard , alfonso. 1990. Remington Pharmaceutical Science, 18th  edition. Mack Publishing     company. Easton,  Peanyslavania
Scoville’s  . 1957 . The Art Of Compounding, Ninth Edition, USA
Martin, A, et al. 1983. Phycicial Pharmacy. Lea febiges   Philadelphia

                                                                                                                                                      





Text Box:              netto : 10 mL



COMBI-ONE®
PIRANTEL PAMOAT
Suspense





Diproduksi oleh:
PT. Farma_One
Makassar - Indonesia
Makassar-Indonesia

Text Box: Komposisi :
Tiap 5 mL mengandung 
Pirantel pamoat         125 mg

Dosis : 
10 mg/kg BB, tetapi tidak lebih dari 1 gr (MIMS, 1998)
Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.

Penyimpanan :
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.


No.Reg      :  DKL 1300300233 A1
No. Batch : K 11 003 002
EXP.DATE : 

LAMPIRAN
Etiket dan brosur








 











Kemasan Sirup Cacing

Suspensi Trisulfa



Etike dan brosur
 









Kemasan suspensi Trisulfa